Ikhlas dan Taat

Oleh: DR H Azi Ahmad Tajuddin, M.Ag.

(Mudir Ma’had Uswatun Hasanah, Purwakarta. Mua’llim EQTC)

Kalimat tauhid “Laa Ilaaha Illa Allah Muhammad[un] Rasul Allah” melahirkan dua konsekwensi yaitu Ikhlas dan taat. Itulah hakikat Iman kepada Allah subhanahu wata’la. Ikhlas dalam beragama berarti menegasikan Tuhan selain Allah, maka jika beragama bukan untuk Allah, pasti ada Tuhan lain selain Allah.

Ikhlas dalam beragama seperti kain putih. Warna putih itu mencerminkan kepasrahan karena ia selalu siap untuk diwarnai oleh warna apapun. Begitupun gambaran hati yang ikhlas, kepasrahan dan ketundukannya hanya kepada Allah dan Rasul-Nya (sam'[an] wa tha’at[an].
.
Musuh ikhlas adalah syirik, dan pelakunya dinamakan musyrik. Syirik merupakan penyakit yang akan mengotori kesucian hati. Jika penyakit itu menyerang hati, maka hati akan menjadi sakit. Orang sakit itu mudah lesu, cape dan tidak bersemangat. Begitulah gambaran orang yang tidak ikhlas dalam beragama. Maka jika beribadah sudah mulai terasa cape, bosan dan tidak bersemangat, evaluasi kembali tujuan dan motif ibadah kita, ajukan pertanyaan yang paling mendasar, untuk siapa kita beribadah?
.
Syirik akan melahirkan nifaq, dan pelakunya dinamakan munafiq. Orang munafiq hatinya sakit. Al-Qur’an menyebut dengan istilah maradh (sakit). Orang sakit itu lidahnya tidak bisa membedakan makanan yang enak dan yang tidak, bahkan jika sudah sakit, banyak makanan yang enak menurut orang sehat, tidak boleh dimakan oleh orang sakit. Sebaliknya, obat yang rasanya pahit harus dikonsumsi setiap saat oleh orang sakit.
.
Hati menjadi sakit karena ketulusa itu sudah hilang. Kesucian itu sudah terkontaminasi oleh campuran-campuran duniawi yang menjadi tuhan selain Allah. Tuhan-tuhan itu berupa harta, tahta dan wanita yang menggerakkan hati mereka dalam beragama. Setiap kali Allah menyeru melalu kalam-Nya dalam al-Qur’an,
tuhan-tuhan itu akan merespon dengan semangat jika seruan itu mendatangkan keutungan baginya; sebaliknya jika seruan itu tidak menguntungkan bahkan akan mengancam kedudukan tuhannya, maka seruan itu akan dibiarkan, ditolak, bahkan dianggap bahaya yang harus dimusuhi bersama.
.
Orang munafiq jika melaksanakan shalat, shalatnya tidak serius, malas-malasan karena motifnya mengharapkan pujian dan sanjungan manusia saja. Apapun bentuk ibadah yang mereka lakukan, tentu itu hanya pencitraan saja agar Allah tertipu oleh bajunya, pecinya, sarungnya, bacaan al-Qur’an dan amal-amal lainnya. Kewajiaban-kewajiban agama yang sepele pun akan dirasa berat, sulit jika bertentangan dengan hawa nafsu yang telah menjadi tuhannya, maka agama hanya dijadikan bahan senda gurau dan ejekan saja.
.
Gambaran nyata itulah yang Allah sampaikan dalam al-Qur’an melalui prilaku ahli kitab (Yahudi&Nasrani). Mereka menolak Risalah Islam yang disampaikan oleh Muhammad shallahu alayhi wasallam hanya karena ia bukan golongan mereka yaitu Bani Israil. Kedengkian dan penolakan itu merupakan cermin dari kepalsuan iman mereka kepada Allah karena tidak mentaati utusan-Nya.
.
Topeng-topeng kepalsuan itu sengaja Allah singkapkan kepada kita melalui ayat-ayat al-Qur’an secara gamlang agar kita mengambil pelajaran. Sebenarnya mereka itu tidak beriman kepada Allah, tetapi mereka hanya mengaku saja beriman, karena bagi mereka pengakuan iman itu memiliki daya jual yang dapat meraup keuntungan dunia.
.
Jika prilaku beragama orang munafiq seperti itu, lantas kepada siapa sesungguhnya mereka beriman ? Allah Subhanahu wata’la membantah pengakuan iman mereka dalam al-Qur’an:

About Villa Ilmu al Khair

Menuju Khairu Ummah

Posted on 16 Februari 2020, in Uncategorized. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar